Berlalu Puisi Yurzal Yurz
Aku, hatiku, menjadi renta-prajurit tua tak akan berkisah,
pandangan terseret luruh-membutakan segala kianat,
dalam makian panjang, kutinggalkan kisah tersembunyi, bak debu yang terhempas,
kekosongan ini jauh kuhela.
Hutan liar, menikam petualangan,
tanah ini timbul fajar, mimpi tertumpu pada dinding hitam tak tampak,
keinginan melekat, kubawa, mati sendiri.
dimakamkan jauh tempat aku menetap.
Disini aku berbini pada sepi, pada angan, bertempat sempit,
semua jalan dingin, berkabut, mengecil.
disini wajahnya menjadi dingin telanjang.
merampok muka muka cemberut.
Wahai, datanglah angin,
datanglah badai,
lalui gerbang kusam, porandakan cerita usang,
untuk aku berjibaku, musim semi abadi.
Hari-hari panjang menjadi hambar,
Di pintu-pintu, pancaran mata yang aku rindukan,
ditumpahkan di luar dan beku,
tawa yang jernih, tahi lalat satu hasrat, akhiri semua kehendak.
Dan di sini,
menunggu putaran kunci,
lembaran ini menutup sendiri,
Berlalu dan abadi....
(Yurz, 2021)