Pelataran Agung
Ingatanku adalah jalan berbatu yang mengitari bukit
Berliku-liku serupa alur pada cerita yang sulit diduga
Sedang keraguan yang kumiliki semakin menjelaskan
Betapa tubuh ringkih ini gemetaran di hadapan senja
Kau entah pergi ke mana semenjak gelombang dahsyat
Menghantam perkampungan. Aku entah menjelma apa
Ketika teriakan-teriakan menghilang disapu angin barat
Melarikan diri sama artinya dengan tunduk pada cuaca
Ketika menuruni lembah aku seperti diingatkan kembali
Bahwa kehilangan merupakan bentuk lain dari memiliki
Sedang perpisahan hanyalah konsekwensi adanya jarak
Aku terdampar di pantai dan samar-samar melihat nusa
Mengambang di tengah segara. Kau entah berada di mana
Sedang keyakinan yang tersisa tak menunjukkan apa-apa.
(Acep Zam Zam Noor, 2019)