
Laron Puisi Irma Agryanti
Dari bawah tanah, seekor rayap mengubah diri sebagai kelahiran baru,
sayap baru, tubuh baru, nama baru untuk mengenalkan dirinya
dengan banyak kembaran
pada seberkas cahaya, ia lupakan melankoli dari sebuah petang
untuk melepaskan gigil pejantan
sebab musim hujan tiba tiba-tiba
tapi tak ada yang mudah bagi mata buta dan telinga tuli
untuk mendapati arah yang benar menuju keriangan
juga kemampuan mengepung terang
maka ia tinggikan sayap menjauhi pantulan air dan berseru
waktu adalah maut bagi malam yang lekas
dan ia mulai berputar searah jarum jam
maka bersihkan serbuk kayu agar ia tak tergoda dan
berpaling menjauhi sinar atau
lenyapkanlah katak juga cicak jika rasa lapar
membuat dirinya jadi santapan
biarkan ia mendatangi kilau bila menyerupai gemintang
atau percik biru seperti kembang api yang sengaja kau nyalakan
agar tak sesedih malam
ia akan terbang dengan sisa-sisa usia
juga kerentaan mencari pasangan
sebelum terdampar ke tepian kaca
sebelum pulang menjadi pecundang
bilamana kelak tak mendapati apapun, ia akan berkata
dunia bukan lagi milikku…
di penghabisan, bulan yang mendekati fajar
serupa mata yang memerah oleh tangis
sebab kesedihan tak akan pernah mampu diseka
(Irma Agryanti, 2018)
